SITUBONDO, Jawa Pos Radar Situbondo – DPRD Situbondo meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) melakukan jemput bola dalam upaya menangani kasus stunting alias tengkes. Tidak hanya fokus pada pelayanan posyandu di desa, namun petugas perlu mendatangi satu per satu rumah warga yang terdeteksi mengalami kasus tersebut. Pasalnya, tengkes tidak hanya terkait masalah tinggi badan, tapi juga kurang gizi dan lainnya.
Ketua Komisi I DPRD Situbondo Hadi Prianto mengatakan, di Situbondo ada sekitar 2.000 kasus tengkes. Ini merupakan hasil akumulasi pendataan tahun 2022. Besarnya angka tengkes membuat Dinkes harus segera bertindak cepat dan tepat untuk menekannya.
”Ada 2.000 kasus stunting yang saat ini harus ditangani oleh dinas dan tentu kita bersama. Sehingga, dalam waktu dekat, masalah ini bisa segera diatasi,” ujar Hadi setelah memimpin rapat bersama masalah tengkes di ruang paripurna gedung DPRD Situbondo, Selasa (1/3).
Hadi menyebutkan, kasus tersebut belum diketahui secara pasti penyebabnya. Sebab, kasus tengkes di Situbondo tidak hanya menimpa masyarakat miskin, tapi juga dialami warga yang masuk ekonomi menengah ke atas. ”Kita tadi sudah rapat bersama dengan Dinkes dan DP3AP2KB juga membahas masalah data stunting. Uniknya, ada yang terjangkit stunting ini bukan warga tidak mampu, melainkan warga yang secara ekonomi mampu tapi masuk dalam data stunting,” jelasnya.
Hanya saja, Hadi mengaku, untuk kasus tengkes yang menimpa warga ekonomi menengah disebabkan faktor kurang gizi. Bisa saja karena yang bersangkutan tidak menjaga pola makan yang baik dengan melengkapi kebutuhan gizi, nutrisi, serta kebutuhan asupan makan lain yang baik untuk si anak.
”Kalau kasus stunting ini karena gizi buruk, maka masyarakat harus bisa mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan makanan minimal empat sehat lima sempurna. Artinya, kebutuhan protein, nutrisi untuk tubuh itu tercukupi. Maka pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang baik ini harus perlu ditingkatkan,” jelasnya.
Hadi menyatakan, untuk masyarakat yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan makanan yang sehat, pemerintah harus hadir untuk membantu memenuhi kebutuhan makan yang bergizi. ”Kita bantu masyarakat bagaimana bisa mengonsumsi makanan sehat,” ucapnya.
Hadi mencontohkan, setiap satu bulan sekali minimal masyarakat bisa mengonsumsi telur. Maka, untuk menyediakan kebutuhan kandungan protein itu petugas harus jemput bola ke tengah-tengah masyarakat. ”Kita harus bertindak cepat melakukan intervensi langsung ke masyarakat. Hari ini harus bisa turun bersama-sama agar kasus ini bisa segera diatasi,” ucap pria asal Kecamatan Kapongan itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Situbondo dr Sandy Hendrayono mengatakan, proses terjadinya stunting atau tengkes terhadap seseorang membutuhkan jangka waktu cukup lama. Bisa jadi, saat lahir seorang anak dalam keadaan sehat. Namun, dalam pertumbuhannya terindikasi tengkes. ”Ada proses yang cukup lama untuk mengetahui seorang anak dikatakan stunting. Sehingga, ini memang menjadi perhatian kami bagaimana untuk mengantisipasi kasus stunting di Situbondo,” jelasnya.
Sandy mengatakan, hingga saat ini upaya yang bisa dilakukan oleh Dinas Kesehatan adalah dengan memaksimalkan kinerja puskesmas di masing-masing kecamatan. Mereka yang lebih dekat dengan masyarakat, diharapkan bisa cepat bergerak. ”Intinya, kita sudah berupaya bagaimana kasus stunting ini bisa ditangani, bahkan tidak sampai ada kasus baru,” pungkasnya. (wan/pri/c1)