SITUBONDO, Jawa Pos Radar Situbondo – Puluhan guru SMPN 5 Situbondo mengikuti workshop Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), Sabtu (25/2) lalu. Acara yang dihelat di aula SMPN 5 itu, diharapkan mampu meningkatkan mutu dan standar pembelajaran di sekolah. Workshop kali ini mengusung tema ”Berevolusi Mewujudkan Kurikulum Merdeka”.
Kepala SMPN 5 Situbondo Agus Triono mengatakan, pendidikan merupakan aspek vital dalam membangun peradaban bangsa di masa depan. Melalui pendidikan, terjadilah dinamika perkembangan dan pergerakan ke arah yang baik. Sebab, pendidikan ditujukan untuk mencerdaskan dan mengembangkan potensi diri agar semakin bertumbuh, berkembang, hingga memiliki kreativitas dan pengetahuan yang lebih luas. ”Kepribadian yang baik adalah memiliki pribadi yang bertanggung jawab. Masa depan suatu bangsa dan negara tergantung dari esensi pendidikan yang diterapkan di dalamnya,” ujarnya, Senin (27/2).
Diterangkan, penerapan IKM merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penguatan kompetensi dan pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas (intrakurikuler) dan di luar kelas (kokurikuler dan ekstrakurikuler).
Pembelajaran intrakurikuler dilakukan secara terdiferensiasi. Sehingga, peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. ”Hal tersebut juga memberikan keleluasaan bagi guru untuk memilih perangkat ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didiknya,” terang mantan Ketua MKKS SMPN tersebut.
Kemudian, pembelajaran kokurikuler berprinsip pada pembelajaran interdisipliner yang berorientasi pada pengembangan karakter dan kompetensi umum. Pembelajaran ekstrakurikuler juga dilaksanakan sesuai dengan minat murid dan sumber daya satuan pendidik. ”Ini selaras dengan Kemendikbudristek yang merilis pengembangan Kurikulum Merdeka. Maka, SMPN 5 Situbondo menyiapkan diri untuk mewujudkan IKM dimaksud dengan melibatkan stakeholder terkait, termasuk dari unsur Pengawas Bina SMP Dispendikbud Situbondo,” ucap Agus.
Pengawas Bina SMPN Dispendikbud Situbondo Junaidi MPd menjelaskan, pembelajaran paradigma baru tersebut, tentu tidak bisa lepas dari kata shifting atau perubahan. Berangkat dari pengalaman pembelajaran di kelas beberapa waktu lalu, guru adalah satu-satunya sumber belajar. Hal tersebut berimplikasi pada pemberian beban berat bagi guru. Sebab, seluruh kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki guru harus disampaikan kepada murid. ”Untuk melaksanakan beban dan tanggung jawab tersebut, guru didukung dengan seperangkat teknologi pembelajaran,” ucapnya.
Selanjutnya, guru sebagai pendidik harus benar-benar menguasai teknik dalam siklus pembelajaran dan asesmen. Antara lain, pendidik menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, termasuk di dalamnya rencana asesmen formatif di kegiatan pembelajaran dan asesmen sumatif di akhir pembelajaran.
Tak hanya itu, pendidik juga harus melakukan asesmen diagnostik di awal pembelajaran untuk menilai kesiapan peserta didik mempelajari materi yang telah dirancang. Pendidik memodifikasi rencana yang dibuatnya dan/atau membuat penyesuaian untuk sebagian peserta didik. ”Melaksanakan pembelajaran dan menggunakan berbagai metode asesmen formatif untuk memonitor kemajuan belajar. Dan melaksanakan asesmen sumatif di akhir pembelajaran untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran,” kata Junaidi.
Sementara itu, Supena MPd selaku Pengawas Bina SMP Dispendikbud yang juga narasumber dalam workshop tersebut menegaskan, para guru harus pandai-pandai menyusun rencana kegiatan pembelajaran (RPP). Sebab, adanya RPP dalam kurikulum Merdeka dapat membantu guru mengoptimalkan durasi belajar yang ditetapkan.
Dalam kondisi apa pun, guru juga dapat menyertakan kegiatan pembelajaran alternatif yang menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Sehingga, melalui RPP yang disusun akan membuat pembelajaran tertata dengan baik. Penyampaian materi lebih mudah dalam menentukan target dan tujuan. ”Melihat keberhasilan belajar siswa dan mengembangkan kegiatan pembelajaran, penjabaran jenis penilaian, serta menentukan sumber belajar,” ungkap Supena. (jon/pri/c1)