24 C
Banyuwangi
Monday, June 5, 2023

Tebing Belakang Rumah Longsor, Kamar Mandi Pun Amblas

BANYUWANGI – Misiyanto, 50, bersama keluarganya yang tinggal di RT 4, RW 1, Dusun Stembel, Desa/Kecamatan Gambiran, sejak sebulan lalu untuk mandi atau kebutuhan lain harus menumpang ke tetangga atau turun ke sungai Kalisetail yang ada di samping rumahnya.

Itu setelah tanah yang ada di belakang rumahnya, dan dibuat untuk kamar mandi longsor. “Tanah longsor dan bangunan rumah di belakang juga ikut ambrol,” cetus Ahmadi, 31, salah satu anak Misiyanto.

Menurut Ahmadi, tanah yang longsor hingga kamar mandi di rumahnya ikut ambrol itu terjadi sebulan lalu. Saat itu, tebing di pinggir sungai Kalisetail dekat rumahnya mengalami retakan setelah sering turun hujan deras. Semakin lama, retakan itu terus melebar dan akhirnya longsor. “Tanah yang longsor itu lebarnya sekitar 2,5 meter dan mengenai kamar mandi,” ungkapnya.

Baca Juga :  Antisipasi Banjir Bandang, Sedimen Sungai Alasmalang Dikeruk

Untungnya, lanjut dia, saat tanah longsor dan kamar mandi ikut hilang itu sedang tidak ada orang. “Awalnya itu cuma retak, lalu besoknya longsor, untungnya saat kejadian tidak ada orang di kamar mandi,” jelasnya.

Selain hujan, lanjut dia, tanah yang longsor itu juga dipicu pembangunan bendungan yang ada di bawahnya. Akibat ada proyek dam, sejumlah pohon besar yang ada di pinggir sungai ditebang dan membuat tebing rawan. “Pohon tidak hanya ditebang, tapi dicabut dengan alat berat, jadi tanahnya menggantung,” ungkapnya.

Saat ada penebangan pohon di pinggir sungai, Ahmadi bersama warga lain tidak bisa berbuat banyak karena proyek itu dilakukan oleh pemerintah dan tidak akan merugikan warga. “Warga tidak tahu akan berdampak seperti ini,” cetusnya.

Untuk menghindari bahaya yang besar, masih kata dia, warga berharap pelaksana proyek atau pemerintah segera bertindak dengan memperbaiki tebing yang membahayakan itu. “Harus dikembalikan seperti dulu, biar tidak membahayakan,” pintanya.

Baca Juga :  Pikap Remuk Diseruduk Sepur

Kepala Desa Gambiran, Eko Hadi Riyanto, mengaku belum mengetahui secara langsung ada tanah longsor hingga membuat kamar mandi milik warganya hilang. Tapi, dia berjanji segera melakukan pemeriksaan di lokasi. “Saya akan segera cek ke lapangan,” katanya.

Untuk memperbaiki tebing yang longsor di dekat jembatan Wiroguno itu, Riyanto mengaku anggaran desa tidak mampu untuk perbaikan tersebut. Tapi, dia akan berusaha agar tebing yang membahayakan itu lekas diperbaiki. “Belum ada laporan ke desa, saya terima kasih sudah diberitahu,” ucapnya.

Riyanto menyampaikan pembangunan dam yang ada di desanya itu sama sekali tidak berkoordinasi dengan pemerintah desa. “Pelaksana proyek langsung mengerjakan, dan saya juga tidak diajak ngomong,” jelasnya.

BANYUWANGI – Misiyanto, 50, bersama keluarganya yang tinggal di RT 4, RW 1, Dusun Stembel, Desa/Kecamatan Gambiran, sejak sebulan lalu untuk mandi atau kebutuhan lain harus menumpang ke tetangga atau turun ke sungai Kalisetail yang ada di samping rumahnya.

Itu setelah tanah yang ada di belakang rumahnya, dan dibuat untuk kamar mandi longsor. “Tanah longsor dan bangunan rumah di belakang juga ikut ambrol,” cetus Ahmadi, 31, salah satu anak Misiyanto.

Menurut Ahmadi, tanah yang longsor hingga kamar mandi di rumahnya ikut ambrol itu terjadi sebulan lalu. Saat itu, tebing di pinggir sungai Kalisetail dekat rumahnya mengalami retakan setelah sering turun hujan deras. Semakin lama, retakan itu terus melebar dan akhirnya longsor. “Tanah yang longsor itu lebarnya sekitar 2,5 meter dan mengenai kamar mandi,” ungkapnya.

Baca Juga :  Tuntut Toko Minol Ditutup, Warga Genteng Turun Jalan

Untungnya, lanjut dia, saat tanah longsor dan kamar mandi ikut hilang itu sedang tidak ada orang. “Awalnya itu cuma retak, lalu besoknya longsor, untungnya saat kejadian tidak ada orang di kamar mandi,” jelasnya.

Selain hujan, lanjut dia, tanah yang longsor itu juga dipicu pembangunan bendungan yang ada di bawahnya. Akibat ada proyek dam, sejumlah pohon besar yang ada di pinggir sungai ditebang dan membuat tebing rawan. “Pohon tidak hanya ditebang, tapi dicabut dengan alat berat, jadi tanahnya menggantung,” ungkapnya.

Saat ada penebangan pohon di pinggir sungai, Ahmadi bersama warga lain tidak bisa berbuat banyak karena proyek itu dilakukan oleh pemerintah dan tidak akan merugikan warga. “Warga tidak tahu akan berdampak seperti ini,” cetusnya.

Untuk menghindari bahaya yang besar, masih kata dia, warga berharap pelaksana proyek atau pemerintah segera bertindak dengan memperbaiki tebing yang membahayakan itu. “Harus dikembalikan seperti dulu, biar tidak membahayakan,” pintanya.

Baca Juga :  Sampah Menumpuk di Pinggir Jalan Desa Kemiri

Kepala Desa Gambiran, Eko Hadi Riyanto, mengaku belum mengetahui secara langsung ada tanah longsor hingga membuat kamar mandi milik warganya hilang. Tapi, dia berjanji segera melakukan pemeriksaan di lokasi. “Saya akan segera cek ke lapangan,” katanya.

Untuk memperbaiki tebing yang longsor di dekat jembatan Wiroguno itu, Riyanto mengaku anggaran desa tidak mampu untuk perbaikan tersebut. Tapi, dia akan berusaha agar tebing yang membahayakan itu lekas diperbaiki. “Belum ada laporan ke desa, saya terima kasih sudah diberitahu,” ucapnya.

Riyanto menyampaikan pembangunan dam yang ada di desanya itu sama sekali tidak berkoordinasi dengan pemerintah desa. “Pelaksana proyek langsung mengerjakan, dan saya juga tidak diajak ngomong,” jelasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/