28.6 C
Banyuwangi
Saturday, June 10, 2023

Jembatan Gantung Sudah Bisa Dilewati

 

GLENMORE, Jawa Pos Radar Genteng – Meski belum rampung seratus persen, jembatan darurat yang dibangun secara swadaya oleh warga Afdeling Carangan, Dusun Gunungkrikil, Desa Tegalharjo, Kecamatan Glenmore sudah dilewati oleh warga, Senin (26/12).

Warga yang akan membeli kebutuhan dapur atau pergi mencari rumput, nekat melintasi jembatan gantung yang dibuat dari bambu. “Harus hati-hati, karena masih berbahaya,” kata salah satu warga Afdeling Carangan, Dusun Gunungkrikil, Desa Tegalharjo, Kecamatan Glenmore, Shofia, 24.

Jembatan gantung yang dibangun secara swadaya itu, dibangun warga sejak seminggu lalu. Di sisi kiri dan kanan pada jembatan itu, masih belum diberi pembatas dan sangat berbahaya. “Anak kecil nasih belum boleh lewat kalau tidak sama orang dewasa,” katanya.

Meski takut lantaran keamanan jembatan darurat itu masih belum terjamin, Shofia mengaku tetap nekat lantaran jalan lain harus memutar dan jauh. “Biasanya untuk membeli bahan masakan, harus memutar lewat Perkebunan Glenfalloch atau Muktisari dengan waktu satu jam perjalanan,” jelasnya.

Baca Juga :  Wali Murid Tolak Siswa Dipindah ke Sekolah

Warga lainnya yang juga ketua RT di Afdeling Carangan, Dusun Gunungkrikil, Desa Tegalharjo, Muhammad Ghozali, 35, mengatakan, selama Jembatan Carangan yang ambruk pada Kamis (18/11/2021), dan belum dibangun lagi, warga di kampungnya terisolasi. Untuk keluar atau belanja kebutuhan dapur, sangat kesulitan. “Beberapa kali ada yang memberi bantuan (logistik),” ungkapnya.

Selain bantuan logistik, Ghozali menyampaikan untuk kebutuhan dapur, warga juga akan memanfaatkan sayur-sayuran yang ditanam di sekitar rumah. Untuk minyak goreng dan beras harus beli keluar. “Meski ada warung di sekitar sini (Afdeling Carangan), sales toko tidak setiap minggu datang untuk menyetok barang, jaraknya jauh,” terangnya.

Karena kesulitan mendapatkan kebutuhan bahan dapur, jelas dia, warga gotong royong membangun jembatan darurat dengan dana swadaya. Apalagi, masih kata Ghozali, pembangunan jembatan permanen yang dibangun Pemkab Banyuwangi molor dari jadwal yang dijanjikan. “Dulu waktu rapat (sebelum pembangunan jembatan permanen), katanya pembangunan selesai sekitar tiga setengah bulan saja. Ternyata tidak, daripada nunggu lagi, mending warga bergerak,” cetusnya.

Baca Juga :  29 Rumah Rusak, Kerugian Rp 50 Juta

Ghozali menyebut, pembangunan jembatan darurat itu hingga kini telah menghabiskan dana sekitar Rp 10 juta. Dana sebesar itu, dibuat untuk kebutuhan material seperti bambu, paku, semen, besi, hingga kawat. “Belum lagi untuk bayar tukang dan kuli yang sehari masing-masing dibayar Rp 130 ribu dan 100 ribu,” tandasnya.

Menurut Ghozali, dana Rp 10 juta yang dibuat membangun jembatan darurat itu secara keseluruhan menggunakan dari iuaran. “Ada bantuan dari pendidikan (PGRI), dari kecamatan (Glenmore) setahu saya tidak ada,” pungkasnya.(sas/abi)

 

GLENMORE, Jawa Pos Radar Genteng – Meski belum rampung seratus persen, jembatan darurat yang dibangun secara swadaya oleh warga Afdeling Carangan, Dusun Gunungkrikil, Desa Tegalharjo, Kecamatan Glenmore sudah dilewati oleh warga, Senin (26/12).

Warga yang akan membeli kebutuhan dapur atau pergi mencari rumput, nekat melintasi jembatan gantung yang dibuat dari bambu. “Harus hati-hati, karena masih berbahaya,” kata salah satu warga Afdeling Carangan, Dusun Gunungkrikil, Desa Tegalharjo, Kecamatan Glenmore, Shofia, 24.

Jembatan gantung yang dibangun secara swadaya itu, dibangun warga sejak seminggu lalu. Di sisi kiri dan kanan pada jembatan itu, masih belum diberi pembatas dan sangat berbahaya. “Anak kecil nasih belum boleh lewat kalau tidak sama orang dewasa,” katanya.

Meski takut lantaran keamanan jembatan darurat itu masih belum terjamin, Shofia mengaku tetap nekat lantaran jalan lain harus memutar dan jauh. “Biasanya untuk membeli bahan masakan, harus memutar lewat Perkebunan Glenfalloch atau Muktisari dengan waktu satu jam perjalanan,” jelasnya.

Baca Juga :  Camat Minta Warga Buat Proposal

Warga lainnya yang juga ketua RT di Afdeling Carangan, Dusun Gunungkrikil, Desa Tegalharjo, Muhammad Ghozali, 35, mengatakan, selama Jembatan Carangan yang ambruk pada Kamis (18/11/2021), dan belum dibangun lagi, warga di kampungnya terisolasi. Untuk keluar atau belanja kebutuhan dapur, sangat kesulitan. “Beberapa kali ada yang memberi bantuan (logistik),” ungkapnya.

Selain bantuan logistik, Ghozali menyampaikan untuk kebutuhan dapur, warga juga akan memanfaatkan sayur-sayuran yang ditanam di sekitar rumah. Untuk minyak goreng dan beras harus beli keluar. “Meski ada warung di sekitar sini (Afdeling Carangan), sales toko tidak setiap minggu datang untuk menyetok barang, jaraknya jauh,” terangnya.

Karena kesulitan mendapatkan kebutuhan bahan dapur, jelas dia, warga gotong royong membangun jembatan darurat dengan dana swadaya. Apalagi, masih kata Ghozali, pembangunan jembatan permanen yang dibangun Pemkab Banyuwangi molor dari jadwal yang dijanjikan. “Dulu waktu rapat (sebelum pembangunan jembatan permanen), katanya pembangunan selesai sekitar tiga setengah bulan saja. Ternyata tidak, daripada nunggu lagi, mending warga bergerak,” cetusnya.

Baca Juga :  Warga Gotong Royong Membuat Tanggul

Ghozali menyebut, pembangunan jembatan darurat itu hingga kini telah menghabiskan dana sekitar Rp 10 juta. Dana sebesar itu, dibuat untuk kebutuhan material seperti bambu, paku, semen, besi, hingga kawat. “Belum lagi untuk bayar tukang dan kuli yang sehari masing-masing dibayar Rp 130 ribu dan 100 ribu,” tandasnya.

Menurut Ghozali, dana Rp 10 juta yang dibuat membangun jembatan darurat itu secara keseluruhan menggunakan dari iuaran. “Ada bantuan dari pendidikan (PGRI), dari kecamatan (Glenmore) setahu saya tidak ada,” pungkasnya.(sas/abi)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/