RadarBanyuwangi.id – Selama Ramadan, angka pernikahan tercatat sangat sepi. Meski dianggap sebagai bulan suci, sepertinya warga sengaja menghindari menikah di bulan puasa ini. Itu seperti di Kecamatan Genteng yang angka pernikahannya tergolong tinggi.
Kepala kantor urusan agama (KUA) Genteng, Amin Maki mengatakan selama Ramadan ini, warga yang mengajukan nikah berkurang dibanding bulan lainnya. Sampai hari kesepuluh Ramadan, hanya tiga pasangan yang melangsungkan pernikahan. “Yang nikah melalui KUA sepi,” katanya.
Padahal di luar Ramadan, terang dia, hamper setiap hari selalu ada yang menikah, baik itu di KUA atau melangsungkan akad nikah di rumahnya. “Bulan lainnya setiap hari ada dua hingga tiga akad nikah, Ramadan seperti ini sepi,” ujarnya.
Meski akad nikah sepi, terang dia, bukan berarti pencatatan pernikahan sepi. Selama Ramadan, aktivitas yang berkaitan dengan pernikahan tetap ramai, terutama pelayanan pendaftaran akad nikah untuk Syawal mendatang. Jumlahnya sepuluh kali lebih banyak dari akad nikah selama Ramadan. “Sampai sekarang yang sudah mengajukan pernikahan pada Syawal itu sudah ada 30 pendaftar,” ungkapnya.
Ramadan sepi dari pernikahan, jelas dia, seperti tradisi yang sudah berlangsung cukup lama. Selain Ramadan, ada satu bulan lagi yang sepi dari pernikahan, yakni Muharram atau Syuro. “Syuro kadang tidak ada sama sekali, ini berkaitan dengan tradisi dan budaya masyarakat,” terangnya.
Menjadi kebiasaan masyarakat saat menggelar akad nikah disertai syukuran. Dan itu identik dengan pesta makan-makan dengan mengundang banyak orang. Tentu ini kurang tepat bila dilaksanakan pada Ramadan. “Pernikahan itu identik dengan makan-makan, Ramadan mungkin kurang pas,” jelasnya.(sli/abi)