24 C
Banyuwangi
Monday, June 5, 2023

Budidaya Jamur Tiram Masih Menjanjikan

GENTENG – Budidaya jamur tiram menjadi pilihan Ali Muhson 34, warga Dusun Jalen, Desa Setail, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, untuk usahanya demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Sebelumnya, ia bekerja di tempat kakaknya.

Usaha budidaya jamur sudah ditekuni Ali sejak setahun lalu. Saat ini, hampir setiap hari jamur tiram ditempatnya bisa dipanen dan dipasarkan hingga keluar daerah. “Saya prioritas ke Bali,” kata Ali Muhson.

Memasarkan jarum tiram ini tidak susah. Setiap hari, sudah ada orang yang mengambil hasil panennya. Biasanya, mereka datang sekitar pukul 17.00 dan langsung dibawa ke Bali. “Sekali panen biasanya dapat 60 kilogram, dan harganya Rp 10 ribu per kilogram,” ujarnya.

Baca Juga :  Pasar Loak Genteng Diusulkan Relokasi, Kemacetan di Jalan Hasanudin Jadi Alasan

Permintaan jamur tiram di Bali, masih kata dia, sangat tinggi. Ia tidak bisa memenuhi semua permintaan itu. “Prospek jamur tiram bagus, yang cari sangat banyak,” katanya kepada Jawa Pos Radar Genteng.

Ali menyebut usaha jarum tiram di lahan yang tidak jauh dari rumahnya. Di tempat itu, bisa menampung 20 ribu baglog jamur. Saat ini, ia memiliki sekitar 800 baglog jamur. “Saya setiap hari membuat baglog untuk mengisi rak yang kosong,” terangnya.

Menurut Ali, baglog jamur itu media yang dibuat tumbuh jamur tiram setelah didiamkan selama 40 hari di tempat yang agak lembab. Setiap baglog, jamur bisa bertahan selama empat bulan. “Setelah empat bulan baglog harus diganti yang baru,” cetusnya. (mg5/abi)

Baca Juga :  Sempat Putus Asa, Kini Hampir Setiap Hari Pesanan Datang

GENTENG – Budidaya jamur tiram menjadi pilihan Ali Muhson 34, warga Dusun Jalen, Desa Setail, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, untuk usahanya demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Sebelumnya, ia bekerja di tempat kakaknya.

Usaha budidaya jamur sudah ditekuni Ali sejak setahun lalu. Saat ini, hampir setiap hari jamur tiram ditempatnya bisa dipanen dan dipasarkan hingga keluar daerah. “Saya prioritas ke Bali,” kata Ali Muhson.

Memasarkan jarum tiram ini tidak susah. Setiap hari, sudah ada orang yang mengambil hasil panennya. Biasanya, mereka datang sekitar pukul 17.00 dan langsung dibawa ke Bali. “Sekali panen biasanya dapat 60 kilogram, dan harganya Rp 10 ribu per kilogram,” ujarnya.

Baca Juga :  Usai Makan Korban, Tower Seluler di Stail Genteng Dipasang Police Line

Permintaan jamur tiram di Bali, masih kata dia, sangat tinggi. Ia tidak bisa memenuhi semua permintaan itu. “Prospek jamur tiram bagus, yang cari sangat banyak,” katanya kepada Jawa Pos Radar Genteng.

Ali menyebut usaha jarum tiram di lahan yang tidak jauh dari rumahnya. Di tempat itu, bisa menampung 20 ribu baglog jamur. Saat ini, ia memiliki sekitar 800 baglog jamur. “Saya setiap hari membuat baglog untuk mengisi rak yang kosong,” terangnya.

Menurut Ali, baglog jamur itu media yang dibuat tumbuh jamur tiram setelah didiamkan selama 40 hari di tempat yang agak lembab. Setiap baglog, jamur bisa bertahan selama empat bulan. “Setelah empat bulan baglog harus diganti yang baru,” cetusnya. (mg5/abi)

Baca Juga :  Pasar Loak Genteng Diusulkan Relokasi, Kemacetan di Jalan Hasanudin Jadi Alasan

Artikel Terkait

Most Read

Fokus Mengurus Tiga Anak

Jalur Manggis

CCTV di Tempat Wisata Perlu Diperbanyak

Artikel Terbaru

/