GAMBIRAN, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Kepergian Aqil Savik Putra Ardiatara, 9, asal Dusun Krajan, Desa Jajag, Kecamatan Gambiran, menyisakan luka yang mendalam bagi keluarganya. Begitu jenazah tiba langsung disambut hujan tangis.
Paman korban, Itnur Sugiyanto, 45, warga Desa Wringinrejo, Kecamatan Gambiran menuturkan, korban pergi ke Pulau Merah bersama lima orang saudara dekatnya. “Mereka ada acara di Pesanggaran, lalu mampir ke Pulau merah,” katanya.
Seminggu sebelum kejadian, bocah yang masih duduk di bangku kelas IV SDN 3 itu sudah menunjukan tanda-tanda keanehan. Aqil terlihat semakin dekat dengan keluarga dan jarang main ke luar. “Kalau mau tidur minta dikeloni terus,” ujarnya.
Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Yuda Ardiansyah, 40, dan Ida Rosida, 36, itu dikenal sangat aktif dan periang. Kepergian Aqil, membuat kedua orang tuanya syok berat. “Bapak dan ibunya syok berat dan kini masih terus mengurung diri di kamar,” terangnya.
Jenazah korban tiba di rumah duka hampir tengah malam. Malam itu juga langsung dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Jajag, Kecamatan Gambiran.
Keluarga Krisna Andrian kemarin (21/6) datang ke lokasi wisata Pantai Pulau Merah, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Mereka menunggu kabar baik dari petugas yang sedang mencari di tengah laut. Keluarga korban terlihat sangat terpukul dan tergeletak lemas di kursi payung pengunjung. “Saya tidak punya firasat apa-apa,” terang ayah korban Tumiran, 50, warga Dusun Krajan, Desa Jajag.
Tumiran mengaku tidak menyangka anaknya tenggelam dan hilang di Pantai Pulau Merah. Saat akan berangkat ke Pesanggaran, anaknya itu juga tidak pamitan. “Pergi bersama kakak dan saudaranya,” katanya.
Sebelum mendengar kabar anaknya tenggelam di Laut Selatan, Tumiran sedang bermain badminton. Ia mendapat kabar sekitar pukul 19.00, Sabtu (20/6). “Saya berharap banyak pada petugas yang saat ini sedang berjuang bisa berhasil mencari anak saya,” harapnya. (*)