23.5 C
Banyuwangi
Tuesday, May 30, 2023

Ibunya Terkena Stroke, Tidak Sekolah untuk Jadi Awe-Awe

KALIBARU – Anak pengatur jalan atau awe-awe, semakin menjamur di jalan raya berkelok Gunung Kumitir, Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru. Di antara mereka itu, banyak anak yang masih berusia sekolah.

Salah satu awe-awe itu Faisal Ardian Hidayat, 14, warga Dusun Sumberwuni, RT 2, RW 4, Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru. Remaja ini harus rela meniggalkan bangku sekolah dan turun ke jalan untuk mengais rezeki di jalur perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Jember itu.

Faisal mengaku sejak lulus dari SDN 8 Kalibaru Manis pada dua tahun lalu, harus membantu orang tua mencari nafkah dengan cara menjadi awe-awe di salah satu sudut tikungan tajam di jalan raya Gunung Kumitir.

Setiap pukul 10.00, Faisal bergegas menuju jalan berkelok untuk mengatur laju kendaraan di tengah hutan Merawan itu. Tak jarang, para sopir bus dan truk melempar uang kertas Rp 2000 ke arahnya. Uang itu sebagai tanda terima kasih atas jasa Faisal. “Setiap hari uang itu saya kumpulkan, dapatnya tidak banyak, setiap hari antara Rp 15000 hingga Rp 20.000,” ujarnya.

Baca Juga :  Pukul Penjaga Kandang, Pemabuk Diringkus Polisi

Ia mengaku sudah dua tahun melakoni pe­kerjaan sebagai awe-awe. Usai lulus SD, ia me­mutuskan untuk bekerja karena tuntutan ekonomi. “Mau sekolah tidak punya biaya, terpaksa jadi we-awe,” cetusya.

Bocah kelahiran 9 September 2004 itu, sejak lulus SD tidak mau melanjutkan pendidikannya ke SMP karena sudah tidak berniat sekolah lagi. Bahkan, ijazah SD miliknya itu hingga kini juga belum diambil di sekolah. “Setahun setelah lulus SD, masih ingin sekolah lagi. Tapi sekarang tidak ingin sekolah lagi, karena sudah terbiasa mencari uang,” dalihnya.

Bocah berkulit sawo matang itu mengatakan,  Saat ini ibu kandungnya Asih, 42, sedang sakit strock dan tidak dapat bekerja. Sedangkan ayahnya yang bekerja sebagai pencari kayu, sudah jarang pulang. “Saya mempunyai satu orang adik laki-laki yang masih sekolah,” jelasnya.

Baca Juga :  Kecelakaan di Jalur Kumitir Hoaks

Menanggapi banyaknya awe-awe, Camat Kalibaru Ahmad Nuril Falah mengatakan sudah melakukan survey ke jalur tersebut, dan mendata banyaknya anak awe-awe. Kebanyakan dari mereke ternyata warga Kabupaten Jember yang tinggal di perbatasan. “Mereka warga Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember. Untuk warga Kecamatan Kalibaru memang ada namun tidak banyak,” cetusnya.

Nuril menyebut pemerintah kecamatan rutin melakukan patroli sampai perbatasan. Itu dilakukan untuk memberi imbauan kepada warga yang menjadi awe-awe.

KALIBARU – Anak pengatur jalan atau awe-awe, semakin menjamur di jalan raya berkelok Gunung Kumitir, Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru. Di antara mereka itu, banyak anak yang masih berusia sekolah.

Salah satu awe-awe itu Faisal Ardian Hidayat, 14, warga Dusun Sumberwuni, RT 2, RW 4, Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru. Remaja ini harus rela meniggalkan bangku sekolah dan turun ke jalan untuk mengais rezeki di jalur perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Jember itu.

Faisal mengaku sejak lulus dari SDN 8 Kalibaru Manis pada dua tahun lalu, harus membantu orang tua mencari nafkah dengan cara menjadi awe-awe di salah satu sudut tikungan tajam di jalan raya Gunung Kumitir.

Setiap pukul 10.00, Faisal bergegas menuju jalan berkelok untuk mengatur laju kendaraan di tengah hutan Merawan itu. Tak jarang, para sopir bus dan truk melempar uang kertas Rp 2000 ke arahnya. Uang itu sebagai tanda terima kasih atas jasa Faisal. “Setiap hari uang itu saya kumpulkan, dapatnya tidak banyak, setiap hari antara Rp 15000 hingga Rp 20.000,” ujarnya.

Baca Juga :  Bocah 5 Tahun Menderita Hidrosefalus

Ia mengaku sudah dua tahun melakoni pe­kerjaan sebagai awe-awe. Usai lulus SD, ia me­mutuskan untuk bekerja karena tuntutan ekonomi. “Mau sekolah tidak punya biaya, terpaksa jadi we-awe,” cetusya.

Bocah kelahiran 9 September 2004 itu, sejak lulus SD tidak mau melanjutkan pendidikannya ke SMP karena sudah tidak berniat sekolah lagi. Bahkan, ijazah SD miliknya itu hingga kini juga belum diambil di sekolah. “Setahun setelah lulus SD, masih ingin sekolah lagi. Tapi sekarang tidak ingin sekolah lagi, karena sudah terbiasa mencari uang,” dalihnya.

Bocah berkulit sawo matang itu mengatakan,  Saat ini ibu kandungnya Asih, 42, sedang sakit strock dan tidak dapat bekerja. Sedangkan ayahnya yang bekerja sebagai pencari kayu, sudah jarang pulang. “Saya mempunyai satu orang adik laki-laki yang masih sekolah,” jelasnya.

Baca Juga :  Pemotor Tewas Ditabrak Mobil Pikap

Menanggapi banyaknya awe-awe, Camat Kalibaru Ahmad Nuril Falah mengatakan sudah melakukan survey ke jalur tersebut, dan mendata banyaknya anak awe-awe. Kebanyakan dari mereke ternyata warga Kabupaten Jember yang tinggal di perbatasan. “Mereka warga Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember. Untuk warga Kecamatan Kalibaru memang ada namun tidak banyak,” cetusnya.

Nuril menyebut pemerintah kecamatan rutin melakukan patroli sampai perbatasan. Itu dilakukan untuk memberi imbauan kepada warga yang menjadi awe-awe.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/