23.3 C
Banyuwangi
Tuesday, March 28, 2023

Sugiyanto, Seniman Reog dan Barong Asal Purwoharjo

Saat Implek Padukan Reog dan Barong dengan Barongsai

MEMASUKI rumah Sugiyanto, 49, di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Purwoharjo, beberapa atribut reog terpasang rapi di dinding. Pria paro baya tampak membersihkan bagian kepala reog yang terbuat dari bulu burung merak asli.

Dengan ramah, Sugiyanto mengajak masuk ke bagian dalam rumah sambil memperlihatkan beberapa atribut lain. Di gudang rumahnya, ada barong Banyuwangi dan Bali dan kepala reog yang berwujud singa.

Ugik Reog, sapaan akrab Sugiyanto, bukan pemain baru dalam kesenian reog dan barong di Banyuwangi. Sejak 2014, bapak dua anak itu bersama 47 orang lainnya mendirikan kelompok seni yang diberi nama, Singo Barong. “Saya sejak kecil suka reog dan jaranan,” terang Sugiyanto.

Pria yang pernah bekerja sebagai montir di Bali ini menyampaikan, saat kecil suka menari jaranan dan reog dan tidak dibayar. “Saya senang saja, tidak dibayar gak masalah,” katanya pada Jawa Pos Radar Genteng.

Baca Juga :  Tetangga Sering Mencuri, Puluhan Warga Datangi Kantor Desa

Menginjak dewasa, kesenangan tari reog dan jaranan ini terus berlanjut. Sambil bekerja, Ugik Reog ikut kelompok milik orang lain. “Saya pernah kerja di Kantor Camat Purwoharjo sebagai tenaga lepas sekitar 16 tahun,” tuturnya.

Setelah memutuskan berhenti bekerja di kantor camat, Ugik Reog beserta rekan-rekannya mencoba merintis karir sebagai seniman. Benar saja, kelompok yang dirintisnya itu lama-lama punya jadwal pentas yang luar biasa padat. Dalam sebulan, jadwal kelompok Singo Barong bisa mencapai enam hingga tujuh kali pentas. Bahkan, pernah hingga 15 kali pentas dalam sebulan. “Sekali pentas durasinya sekitar tujuh  jam dengan bayaran Rp 6,5 juta sampai Rp 7 juta,” ungkapnya.

Sebelum pandemi Covid-19, kelompok Singo Barong kerap diundang memeriahkan Imlek di Banyuwangi dan Rogojampi. Kelompoknya pernah kolaborasi dengan seniman barongsai di kelenteng saat Imlek. Menurutnya, ada kedekatan batin antara seni reog dan barong dengan barongsai. Sehingga, tarian yang dibawakan bisa menarik perhatian masyarakat. “Hasil kolaborasinya malah jadi bagus dan menarik,” tuturnya.

Baca Juga :  Kalau Lirik Dicatat, Proses Bikin Lagu Justru Macet

Sejak pandemi Covid-19, kelompok Singo Barong sudah tidak berkolaborasi dalam perayaan Imlek, itu karena ada batasan. Bahkan, tahun ini yang sudah bebas dari batasan, kelompoknya juga tidak diundang. “Kami berharap sekali setelah pandemi bisa berkolaborasi lagi dan menghibur masyarakat,” pungkasnya.(abi)

MEMASUKI rumah Sugiyanto, 49, di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Purwoharjo, beberapa atribut reog terpasang rapi di dinding. Pria paro baya tampak membersihkan bagian kepala reog yang terbuat dari bulu burung merak asli.

Dengan ramah, Sugiyanto mengajak masuk ke bagian dalam rumah sambil memperlihatkan beberapa atribut lain. Di gudang rumahnya, ada barong Banyuwangi dan Bali dan kepala reog yang berwujud singa.

Ugik Reog, sapaan akrab Sugiyanto, bukan pemain baru dalam kesenian reog dan barong di Banyuwangi. Sejak 2014, bapak dua anak itu bersama 47 orang lainnya mendirikan kelompok seni yang diberi nama, Singo Barong. “Saya sejak kecil suka reog dan jaranan,” terang Sugiyanto.

Pria yang pernah bekerja sebagai montir di Bali ini menyampaikan, saat kecil suka menari jaranan dan reog dan tidak dibayar. “Saya senang saja, tidak dibayar gak masalah,” katanya pada Jawa Pos Radar Genteng.

Baca Juga :  Kunjungi LanggarArt, Kapolda Jatim Apresiasi Seniman Tetap Eksis Tengah Pandemi

Menginjak dewasa, kesenangan tari reog dan jaranan ini terus berlanjut. Sambil bekerja, Ugik Reog ikut kelompok milik orang lain. “Saya pernah kerja di Kantor Camat Purwoharjo sebagai tenaga lepas sekitar 16 tahun,” tuturnya.

Setelah memutuskan berhenti bekerja di kantor camat, Ugik Reog beserta rekan-rekannya mencoba merintis karir sebagai seniman. Benar saja, kelompok yang dirintisnya itu lama-lama punya jadwal pentas yang luar biasa padat. Dalam sebulan, jadwal kelompok Singo Barong bisa mencapai enam hingga tujuh kali pentas. Bahkan, pernah hingga 15 kali pentas dalam sebulan. “Sekali pentas durasinya sekitar tujuh  jam dengan bayaran Rp 6,5 juta sampai Rp 7 juta,” ungkapnya.

Sebelum pandemi Covid-19, kelompok Singo Barong kerap diundang memeriahkan Imlek di Banyuwangi dan Rogojampi. Kelompoknya pernah kolaborasi dengan seniman barongsai di kelenteng saat Imlek. Menurutnya, ada kedekatan batin antara seni reog dan barong dengan barongsai. Sehingga, tarian yang dibawakan bisa menarik perhatian masyarakat. “Hasil kolaborasinya malah jadi bagus dan menarik,” tuturnya.

Baca Juga :  Puluhan Botol Miras Disita

Sejak pandemi Covid-19, kelompok Singo Barong sudah tidak berkolaborasi dalam perayaan Imlek, itu karena ada batasan. Bahkan, tahun ini yang sudah bebas dari batasan, kelompoknya juga tidak diundang. “Kami berharap sekali setelah pandemi bisa berkolaborasi lagi dan menghibur masyarakat,” pungkasnya.(abi)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/