PESANGGARAN, Jawa Pos Radar Genteng – Hujan deras kembali makan korban. Jembatan gantung yang membentang di Sungai Karangtambak, Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, putus akibat debit air sungai meluap hingga menerjang jembatan itu pada Senin malam (14/11).
Jembatan tersebut merupakan satu-satunya akses jalan yang menghubungkan Dusun Sumberdadi dan Dusun Sumbergandeng, Desa Kandangan. ”Jalan menuju jembatan sudah habis digerus air, jembatan gantungnya miring dan tidak bisa dilewati,” kata Kepala Desa Kandangan Riyono, Selasa (15/11).
Sebelum jembatan gantung tersebut putus, terang Riyono, jembatan lain yang menghubungkan Dusun Sumberdadi dan Dusun Sumbergandeng juga putus akibat air sungai yang meluap. ”Dua jembatan putus semua, sekarang dari Dusun Sumberdadi mau ke Dusun Sumbergandeng, harus memutar lewat Afdeling Sumberjambe,” katanya seraya menyebut waktu tempuh menjadi sekitar 1,5 jam perjalanan.
Menurut Riyono, jembatan gantung yang putus ini setiap harinya menjadi akses utama anak-anak sekolah hingga warga Dusun Sumberdadi yang akan mencari rumput di Afdeling Sumberjambe. ”Setelah Jembatan Karangtambak ambrol, jembatan gantung ini satu-satunya jalan, sekarang jembatan gantung itu juga putus,” paparnya.
Selain jembatan gantung yang ambrol, Riyono menyampaikan hujan deras dan meluapnya air Sungai Karangtambak, juga menyebabkan sekitar 63 rumah di Afdeling Sumberjambe dan Dusun Sumbergandeng terendam air. ”Tidak terlalu parah seperti banjir bandang sebelumnya, ketinggian air sekitar mata kaki orang dewasa,” terangnya.
Dari hasil asesmen yang dilakukan terkait banjir yang terjadi akibat hujan deras mulai pukul 14.00 hingga pukul 16.00, banyak rumah terendam dan menyebabkan kerugian. Data itu akan dikirim ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi. ”Data dampak banjir kemarin akan kami kirim ke BPBD,” jelasnya.
Untuk tindakan pencegahan banjir susulan, Riyono menyebut akan kirim surat pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Perumahan dan Permukiman (PU-CKPP) Banyuwangi dan DPU Pengairan Banyuwangi untuk dilakukan pengerukan sedimen. ”Masih akan bersurat, permohonan alat berat untuk mengeruk sedimen sungai,” ungkapnya.
Riyono menyebut, pengerukan sedimen sebenarnya sudah sering dilakukan. Namun, sedimen pasir tetap saja memenuhi Sungai Karangtambak saat debit air meninggi. ”Kalau banjir (debit air meningkat), selalu bawa material pasir. Itu menyebabkan daya tampung air tidak maksimal,” pungkasnya. (sas/abi/c1)