MUNCAR, Jawa Pos Radar Genteng – Hasil tangkapan ikan yang terus menyusut, membuat aktivitas nelayan kapal slerek berhenti total. Sudah delapan bulan ini, pemilik kapal penangkap ikan memilih untuk menghentikan operasinya dengan menyandarkan di pelabuhan.
Salah satu bos kapal slerek, Matsani, 55, asal Dusun Kalimati, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, mengaku sudah delapan bulan kapal slerek miliknya menganggur. “Tangkapan minim, sudah delapan bulan nganggur,” ungkapnya Minggu (12/3).
Matsani memilih menghentikan operasional kapal slerek miliknya lantaran biaya operasional yang tinggi dan ikan tangkapan yang menurun. “Hasilnya tidak sebanding dengan biaya operasional yang tinggi,” katanya.
Menurut Matsani, sekali beroperasi kapal slerek itu butuh biaya operasional sekitar Rp 6 juta hingga Rp 8 juta. Biaya sebesar itu, untuk membeli bahan bakar, perbekalan selama melaut, dan bayar anak buah kapal,” terangnya.
Untuk bisa mendapatkan keuntungan, jelas Matsani, kapal slerek itu sekali melaut membutuhkan tangkapan ikan minimal dua ton. “Kalau kurang dari itu (dua ton), pasti tidak balik modal,” kata Matsani pada Jawa Pos Radar Genteng.
Saat tangkapan ikan masih melimpah, Matsani menyebut sekali melaut kapal slereknya mampu membawa ikan tangkapan hingga delapan ton. “Sekarang ini sepi, dua ton tidak sampai,” ujarnya.
Matsani mengaku kesulitan mencapai target tangkapan ikan hingga dua ton itu sudah sejak setahun lalu. Agar tidak terus merugi, terpaksa menyandarkan kapalnya dan berhenti melaut. “Daripada merugi terus, sekarang melaut sendiri pakai perahu yang lebih kecil,” ungkapnya.
Perahu kecil membutuhkan biaya operasional yang lebih sedikit, dibandingkan dengan kapal slerek. Hanya modal Rp 100 ribu, sudah bisa melaut dan dapat ikan. “Beli solar Rp 100 ribu sudah cukup,” ujarnya.
Saat ini, lanjut dia, hanya ada sekitar 23 unit kapal slerek yang tersisa di Pelabuhan Muncar. Itupun, sudah tidak ada yang beroperasi. “Pemiliknya memilih ganti profesi jadi petani atau menjual kapal slereknya,” ungkapnya.
Agar kapalnya cepat laku, terang dia, beberapa pemilik kapal slerek menjual kapalnya secara eceran. Komponen seperti mesin, jaring, dan bagian kapal dijual secara terpisah. “Kapalnya dipreteli dan dijual, biar cepat laku,” ujarnya.
Nelayan lainnya, Zuhdi, 50, warga Dusun Kalimati, Desa Kedungrejo menambahkan, aktivitas melaut dari Pelabuhan Muncar kini didominasi nelayan kecil. “Seperti saya yang pakai perahu kecil, biaya operasionalnya lebih murah,” katanya.
Meski ikan hasil tangkapan tidak sebanyak drlu, Zuhdi mengaku hasilnya melaut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. “Minimal sudah cukup untuk makan setiap hari,” imbuhnya.(gas/abi)