29.1 C
Banyuwangi
Thursday, March 23, 2023

Kasek SDN 4 Sumberagung Keberatan Sebut Kematian MR gara-gara Kerap Di-Bully

PESANGGARAN, Jawa Pos Radar Genteng –  Kematian memilukan bocah kelas IV SDN 4 Sumberagung, Pesanggaran, mengundang keprihatinan dari kepala sekolah setempat. Meski demikian, pihak sekolah keberatan dengan statemen yang menyebut MR, 11, nekat gantung diri gara-gara kerap di-bully teman-teman sekolahnya.

Kepala SDN 4 Sumberagung Wawan Sugiarto mengatakan, MR bukannya di-bully, melainkan terlibat saling ejek dengan siswa lain. Kejadiannya pun sudah tiga bulan lalu. ”Kalau saling ejek memang pernah, dia (MR) sering olok-olokan dengan teman sebangkunya,” jelas Wawan.

Saat saling olok tersebut, teman sebangkunya kerap menyebut MR tidak punya bapak atau anak yatim. Hanya saja, itu sudah lama dan sekarang sudah rukun lagi. ”Itu terjadi pada semester ganjil lalu,” ujarnya.

Wawan menyampaikan, teman sebangku MR juga rawan bullying karena penderita tunadaksa. Jika keduanya bertengkar, maka MR dan teman sebangkunya saling ejek. ”MR juga mengejek teman sebangkunya,” ungkapnya.

Melihat MR dan temannya sudah baik-baik saja, Wawan keberatan menyebut penyebab anak didiknya gantung diri gara-gara perundungan di sekolahnya. Wawan mengaku kaget mendengar kabar siswanya meninggal dengan cara gantung diri. ”Kami kaget, tiba-tiba ada kejadian dan disebut penyebabnya bullying,” katanya.

Baca Juga :  Umat Buddha Rarakan Waisak Secara Sederhana

Saat mendengar siswanya meninggal, Wawan langsung mendatangi rumah MR di Desa Sumberagung untuk bertakziah. Di sana, dia bertemu anggota Polsek Pesanggaran. ”Saya ditanya polisi, apa benar (MR) kerap di-bully, saya bingung, bullying yang seperti apa,” terangnya.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Wawan menelepon wali kelas MR, Anik Widayanti, 39. Komunikasi lewat telepon  dilakukan untuk memastikan apa yang terjadi di sekolah sebelum kejadian gantung diri. ”Ternyata tidak ada apa-apa, MR pulang dengan keadaan riang. Jadi, tidak mungkin jika hari itu di-bully,” ungkapnya.

Selama ini, jelas Wawan, sekolah sudah sering memberi sosialisasi kepada para siswa terkait masalah perundungan. Di beberapa sudut sekolah, dipasang stiker tentang larangan bullying. ”Kami punya data-data siswa rawan bullying biar mudah memantaunya,” sebutnya.

Baca Juga :  Terbungkus Plastik, Bayi Baru Lahir Dibuang di Sungai

Diberitakan sebelumnya, kisah memilukan terjadi di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Senin (27/2) sore. Seorang bocah kelas IV SD berinisial MR, ditemukan meninggal dengan tubuh menggantung di dapur rumahnya.

Korban nekat gantung diri karena kerap di-bully teman-temannya di sekolah. Perundungan yang berkali-kali tersebut membuat mental bocah tersebut drop. Korban di-bully karena sudah tidak punya bapak lagi alias menjadi anak yatim.

Meninggalnya bocah berusia 11 tahun dengan cara tidak wajar tersebut membuat keluarganya histeris. Ibu korban Wasiah, 50, yang kali pertama menemukan langsung menjerit histeris. ”Yang menemukan ibunya sendiri,” kata Kapolsek Pesanggaran AKP Basori Alwi.

Sebelum ditemukan meninggal, sekitar pukul 11.00, korban pulang dari sekolah dengan wajah cemberut, menangis, dan dongkol. Korban langsung masuk ke rumah dan kamar tanpa mau berjabat tangan pada ibunya yang sedang bersih-bersih di depan rumah. (sas/abi/c1)

PESANGGARAN, Jawa Pos Radar Genteng –  Kematian memilukan bocah kelas IV SDN 4 Sumberagung, Pesanggaran, mengundang keprihatinan dari kepala sekolah setempat. Meski demikian, pihak sekolah keberatan dengan statemen yang menyebut MR, 11, nekat gantung diri gara-gara kerap di-bully teman-teman sekolahnya.

Kepala SDN 4 Sumberagung Wawan Sugiarto mengatakan, MR bukannya di-bully, melainkan terlibat saling ejek dengan siswa lain. Kejadiannya pun sudah tiga bulan lalu. ”Kalau saling ejek memang pernah, dia (MR) sering olok-olokan dengan teman sebangkunya,” jelas Wawan.

Saat saling olok tersebut, teman sebangkunya kerap menyebut MR tidak punya bapak atau anak yatim. Hanya saja, itu sudah lama dan sekarang sudah rukun lagi. ”Itu terjadi pada semester ganjil lalu,” ujarnya.

Wawan menyampaikan, teman sebangku MR juga rawan bullying karena penderita tunadaksa. Jika keduanya bertengkar, maka MR dan teman sebangkunya saling ejek. ”MR juga mengejek teman sebangkunya,” ungkapnya.

Melihat MR dan temannya sudah baik-baik saja, Wawan keberatan menyebut penyebab anak didiknya gantung diri gara-gara perundungan di sekolahnya. Wawan mengaku kaget mendengar kabar siswanya meninggal dengan cara gantung diri. ”Kami kaget, tiba-tiba ada kejadian dan disebut penyebabnya bullying,” katanya.

Baca Juga :  Satu Monyet Liar Ditembak Mati

Saat mendengar siswanya meninggal, Wawan langsung mendatangi rumah MR di Desa Sumberagung untuk bertakziah. Di sana, dia bertemu anggota Polsek Pesanggaran. ”Saya ditanya polisi, apa benar (MR) kerap di-bully, saya bingung, bullying yang seperti apa,” terangnya.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Wawan menelepon wali kelas MR, Anik Widayanti, 39. Komunikasi lewat telepon  dilakukan untuk memastikan apa yang terjadi di sekolah sebelum kejadian gantung diri. ”Ternyata tidak ada apa-apa, MR pulang dengan keadaan riang. Jadi, tidak mungkin jika hari itu di-bully,” ungkapnya.

Selama ini, jelas Wawan, sekolah sudah sering memberi sosialisasi kepada para siswa terkait masalah perundungan. Di beberapa sudut sekolah, dipasang stiker tentang larangan bullying. ”Kami punya data-data siswa rawan bullying biar mudah memantaunya,” sebutnya.

Baca Juga :  Pemancing yang Meninggal Masih Kakak-Beradik

Diberitakan sebelumnya, kisah memilukan terjadi di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Senin (27/2) sore. Seorang bocah kelas IV SD berinisial MR, ditemukan meninggal dengan tubuh menggantung di dapur rumahnya.

Korban nekat gantung diri karena kerap di-bully teman-temannya di sekolah. Perundungan yang berkali-kali tersebut membuat mental bocah tersebut drop. Korban di-bully karena sudah tidak punya bapak lagi alias menjadi anak yatim.

Meninggalnya bocah berusia 11 tahun dengan cara tidak wajar tersebut membuat keluarganya histeris. Ibu korban Wasiah, 50, yang kali pertama menemukan langsung menjerit histeris. ”Yang menemukan ibunya sendiri,” kata Kapolsek Pesanggaran AKP Basori Alwi.

Sebelum ditemukan meninggal, sekitar pukul 11.00, korban pulang dari sekolah dengan wajah cemberut, menangis, dan dongkol. Korban langsung masuk ke rumah dan kamar tanpa mau berjabat tangan pada ibunya yang sedang bersih-bersih di depan rumah. (sas/abi/c1)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/