JawaPos.com – Sebuah bangunan rumah sangat sederhana milik seorang janda di Lingkungan Payaman RT 02, RW 02, Kelurahan/ Kecamatan Giri, Banyuwangi, nyaris rata dengan tanah, kemarin. Rumah tersebut tertimpa bangunan fondasi milik tetangganya, Senin malam (15/1)
Korban nahas itu adalah Robiah, 55. Sudah sejak lebih lima tahun, janda lima anak itu tinggal bersama bibinya, Supami,72. Sementara, lima orang anaknya sudah berumah tangga, dan tinggal di rumahnya masing-masing. Untung saja, dalam peristiwa yang terjadi pukul 23.30 Senin malam (15/1) tidak ada korban jiwa
Robiah menceritakan malam itu dia sedang pulas tertidur di kamar depan rumahnya. Sementara Supami, bibinya tidur di kamar bagian belakang yang hanya berbatasan dinding dari gedek (anyaman bambu). Dia kaget bukan kepalang begitu mendengar suara gemuruh dari arah belakang rumahnya.
Sontak, dia langsung terbangun dan mendapati rumahnya tertimpa bangunan tembok milik Mohammad, tetangga rumah belakang rumahnya. Saat terbangun itu, dia langsung berteriak sekencang-kencangnya minta tolong. ”Saat saya bangun, bibi saya tidak bisa bangun karena orangnya sudah tua tidak kuat berjalan.” ujarnya sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya.
Saat terbangun dari tidur dan keluar dari rumah itu, Robiah sangat menyesal karena tidak memikirkan Supami bibinya yang masih tertimpa reruntuhan bangunan plengsengan dan tanah uruk. Bahkan, akibat kejadian itu, Supami mengalami luka robek di bagian pelipis kanan.
Tengah malam itu tetangga dan warga yang dekat dengan rumahnya langsung terbangun dan memberikan pertolongan. Dia bersama Supami juga langsung dievakuasi warga ke rumah milik Siti Rohimah putri ketiganya yang tinggal di lingkungan Karangente, Kelurahan/ Kecamatan Giri. ”Sementara menunggu rumah saya diperbaiki tinggal di rumah anak saya,” jelasnya sambil menahan air mata.
Peristiwa ambrolnya plengsengan saluran drainase setinggi empat meter itu juga mengakibatkan seluruh benda yang ada di dalam rumahnya hancur. Peralatan rumah tangga seperti lemari, meja, kursi, piring, gelas, dan berbagai barang berharga lainnya hancur terkena reruntuhan bangunan.
Ambruknya rumah janda lima anak itu juga mengundang keprihatinan warga dan forum pimpinan kecamatan (Forpimka) Giri. Camat Giri Riyanti Ananta mengatakan, ambrolnya plengsengan yang berada di belakang rumah milik korban diduga karena kontur fondasi tidak kuat menahan beban tanah uruk. Apalagi, fondasi itu juga berbatasan dengan aliran sungai kecil. ”Pihak keluarga Mohammad yang memiliki bangunan fondasi tembok bersedia bertanggung jawab memperbaiki rumah korban,” ungkapnya.
Bahkan, pasca terjadinya peristiwa tersebut. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Guntur Priambodo bersama stafnya langsung meninjau kondisi aliran sungai yang berada di belakang rumah korban. Pihak Dinas PU Pengairan juga akan segera membangun plengsengan di sepanjang aliran sungai tersebut sepanjang kurang lebih 40 meter dengan ketinggian empat meter. ”Pak Guntur sudah tinjau ke sini dan akan segera membangun plengsengan di belakang rumah korban ini,” jelas Riyanti.
Sementara itu, Ketua RT 02, RW 02 Ahmad Yani menambahkan, meski memiliki lima orang anak, untuk mencukupi kebutuhan sehari harinya. Robiah bekerja sebagai buruh pengikat bawang merah. Terkadang juga mendapatkan berbagai bantuan dari pihak kelurahan, termasuk beras miskin (raskin).
Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi, tepat persis di belakang rumah Robiah terdapat aliran sungai kecil. Aliran sungai itu sewaktu-waktu bisa meluap jika terjadi hujan dengan intensitas deras. Sementara di sisi barat terdapat bangunan fondasi plengsengan setinggi empat meter yang memisahkan area rumah Mohammad dengan aliran sungai di bawahnya. Seiring berjalannya waktu, diduga karena hujan deras fondasi tersebut terkikis air hujan dan air dari sungai sehingga tiba-tiba roboh dan menimpa rumah Robiah.