RadarBanyuwangi.id – Jumlah kapal milik nelayan sudah disertifikasi di Banyuwangi tampaknya masih cukup minim. Dari catatan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjungwangi, baru 1.825 kapal dari total 6.400 kapal sudah tersertifikasi.
Sisanya, sekitar 4.575 perahur nelayan beroperasi di sekitar perairan Banyuwangi masih belum disertifikasi. Artinya pemerintah belum bisa memastikan apakah ribuan kapal tersebut dinyatakan layak operasi atau tidak.
Karena belum pernah diperiksa untuk disertifikasi. “Sampai awal Juni, kita sudah membantu sekitar 800 nelayan kecil agar kapalnya memperoleh sertifikasi. Memang kita harus jemput bola, kita harap nantinya ke depan para nelayan semakin peduli,” kata Kepala KSOP Tanjungwangi, Letkol (Mar) Benyamin Ginting kepada RadarBanyuwangi.id.
Dia menambahkan ke 6400 nelayan kecil terdata, tersebar di tujuh pelabuhan ikan Banyuwangi dan satu pelabuhan ikan Jember. Yaitu dari Pantai Ketapang, Pantai Boom, Pantai Blimbingsari, Pantai Muncar, Pantai Pancer, Pantai Grajagan dan Pantai Puger. Menurutnya, meski belum ada kewajiban kapal nelayan kecil dengan bobot di bawah 10 GT harus memiliki Sertifikat Laik Operasi (SLO) Kapal ikan, namun menurut hal itu tetap menjadi keharusan.
Minimal, para nelayan bisa memastikan keamanan kapal mereka gunakan untuk mencari ikan dengan adanya sertifikat tersebut. Setiap kapal disertifikasi menurut Ginting akan dipastikan poin-poin kelayak lautanya. Seperti konstruksi kapal, bahan dari kapal itu sendiri, kemudian ketersediaan alat-alat keselamatan seperti kompas dan life jacket. “Jadi mereka yang berlayar juga tidak seenaknya. Nanti ketika ada kendala ketika melaut, mereka tidak bingung,” terangnya.
KSOP Tanjungwangi sendiri berharap para nelayan bisa lebih sadar akan pentingnya sertifikasi tersebut. Ginting juga mengatakan pihaknya siap melakukan jemput bola, agar sasaran 4.575 perahu nelayan belum tersertifikasi itu bisa mendapatkan sertifikat minimal akhir tahun ini. “Sekarang untuk mendapat BBM bersubsidi, nelayan juga harus punya sertifikasi kapal mereka. Jadi tetap ada untungnya,” pungkas mantan KSOP Kendari itu. (fre/afi)