=BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Setelah dilanda abrasi terbesar pada 2020, potensi pengikisan pantai akibat gelombang dan pasang surut air laut masih “menghantui” kawasan Pantai Cemara Banyuwangi. Bahkan, dari sekitar 20 ribu pohon cemara yang telah ditanam, sebagian telah tergerus abrasi dan kini hanya tersisa sekitar 12 sampai 14 ribu batang.
Sekadar diketahui, pada Juli 2022 lalu Pemkab Banyuwangi bersama jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan stakeholder terkait menggelar penanaman mangrove dan pohon cemara. Tidak tanggung-tanggung, kala itu jumlah pohon cemara yang ditanam mencapai 10 ribu bibit pohon.
Pantai cemara memiliki luas lahan mencapai 10,2 hektare (Ha). Dengan rincian luas lahan untuk pohon cemara sebesar 8,2 Ha. Sedangkan dua Ha sisanya digunakan sebagai lahan mangrove.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Cemara Mokh. Muhyi mengatakan, jumlah pohon cemara sebelum abrasi sekitar 20 ribu. Namun, kini berkurang dan hanya menyisakan belasan ribu. ”Sejak 2020 sampai saat ini hanya menyisakan sekitar 12 hingga 14 ribu pohon,” katanya.
Abrasi tidak hanya menyebabkan ribuan pohon cemara tumbang. Tetapi berdampak pada tempat penangkaran penyu. Menurut Muhyi, penyebab abrasi adalah adanya pergeseran muara. Dikatakan, abrasi ini merupakan siklus yang dapat terjadi setiap dua tahun sekali.
Salah satu upaya yang dilakukan pihaknya untuk mengatasi pergeseran muara ini adalah memindah arus muara. Langkah tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak abrasi. ”Sudah ada pengerukan saluran dan dipindahkan ke selatan dari arah kantor Pokdarwis oleh Dinas PU Pengairan,” ujar Muhyi.
Pihaknya menyadari penyebab lainnya adalah pohon cemara tidak memiliki kemampuan untuk mencegah abrasi. Lantaran lingkungan hidupnya yang berada di daratan dan tidak cocok untuk menghambat proses abrasi. Berbeda dengan pohon mangrove yang sesuai untuk mencegah abrasi. Karena lingkungan hidupnya di perairan. Karena hal itu, pihaknya kini sedang gencar memelihara Kawasan mangrove setempat.
Hal senada diungkapkan oleh General Manager Ijen Geopark Abdillah Baraas. Dikatakan, terdapat beberapa faktor yang menimbulkan abrasi di pantai tersebut. Seperti adanya banjir rob, penggunaan air tanah yang berlebih, pendangkalan aliran muara karena sampah, dan lainnya.
Banjir rob adalah proses di mana muka air laut naik ke daerah permukaan tanah. Selain disebabkan karena faktor alam yaitu gaya gravitasi sehingga terjadi pasang surut air laut. Disebabkan karena menurunnya permukaan daratan disebabkan penggunaan air tanah secara berlebihan. ”Faktor lain pendangkalan muara bisa membuat air meluap sehingga terjadi banjir rob,” kata Abdillah.
Menurut Abdillah, untuk mencegah terjadinya abrasi terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan. Antara lain membuat pemecah gelombang (breakwater), memperkuat atau memperbanyak tanaman mangrove sebagai pencegah abrasi, serta mengetahui siklus alami dari pergeseran muara untuk mengantisipasi ketika terjadi. ”Harus mempertebal hutan mangrove agar tidak terjadi abrasi dan mencari cara agar ketika terjadi pergeseran arus muara tidak ada masalah,” pungkasnya.(cw4/sgt)