Pasar beras organik Banyuwangi terus melebar. Setelah sukses ekspor perdana ke Italia, kini pesanan datang dari Amerika Serikat (AS). Shohib Qomad Dillah (caleg DPR RI dari PKS nomor urut 4 Dapil Jatim 3) bersama P4S Sirtanio menerima pre-order dari Negeri Paman Sam sebanyak 5 ton.
BAGI sebagian orang, terutama kalangan muda, bisnis di pertanian adalah hal yang kurang menjanjikan. Namun stereotip itu tidak berlaku bagi Shohib Qomad Dillah. Bahkan, kesempatan menjadi pegawai perbankan dia lepas. Shohib lebih memilih terjun ke bidang yang sebagian orang dianggap kuno tersebut.
Bukan pertanian konvensional, pria yang beralamat di Perum Marga Ayu, Desa Genteng Wetan, ini memilih menggeluti pertanian organik sejak tahun 2011.
Kala itu, Shohib bersama sejumlah rekannya sesama alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) bergabung mengembangkan pertanian organik yang dirintis sejak 1999 oleh tokoh masyarakat Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh, yakni Samanhudi.
Mereka lantas berhimpun dalam satu ”bendera” bernama Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Sirtanio.Di P4S Sirtanio, Shohib didaulat sebagai Ketua Internal Control System (ICS) Pertanian Organik. Sedangkan di bidang teknis menjalankan usaha, dia bertugas menangani pengelolaan manajemen budi daya. Tugasnya memberikan sosialisasi, merekrut petani menjadi mitra P4S Sirtanio, hingga mendampingi manajemen tanam. Dalam menjalankan tugas tersebut, secara otomatis suami Didrian Prasatwi, ini harus berinteraksi langsung dengan petani.
Ya, pengelolaan usaha P4S Sirtanio menggunakan sistem corporate farming. Yakni menggabungkan lahan usaha para petani mitra untuk dikelola secara terpadu dalam satu sistem. Saat ini sudah 128 petani yang bergabung menjadi mitra P4S Sirtanio. Luas lahan yang dikelola mencapai 78 hektare (ha).
Dengan menjadi mitra P4S Sirtanio, petani mendapat sejumlah keuntungan. Gabah hasil panen mereka pasti dibeli dengan harga 20 sampai 30 persen lebih tinggi dibanding harga umum. Keuntungan lain, saat melakukan budi daya secara organik, serangan hama dan penyakit turun signifikan dibanding budi daya secara konvensional.
Selain itu, petani mitra mendapat pinjaman berupa benih, pupuk organik, dan agensi hayati (pengganti pestisida), tenaga pendamping mingguan (semacam penyuluh), dan jasa perawatan. ”Petani mitra mendapat edukasi peningkatan sumber daya manusia (SDM) pertanian. Dampaknya, petani mitra tersebut memiliki kemampuan menyuburkan lahan, melestarikan lingkungan, serta mengendalikan agroekosistem,” ujar Shohib ditemui di padepokan P4S Sirtanio, Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh, Kamis (4/4).
Karena harga beli gabah yang lebih tinggi, maka penghasilan para petani mitra meningkat sebesar 20 sampai 30 persen dibandingkan dengan budi daya padi secara konvensional. Selain pendapatan meningkat, modal yang harus dikeluarkan petani mitra turun hingga 30 persen. Karena itu, keberadaan P4S Sirtanio telah mampu meningkatkan kesejahteraan 128 petani mitra.
Bukan hanya menguntungkan petani, budi daya secara organik tersebut juga berdampak positif bagi pemerintah. Betapa tidak, budi daya secara organik sama sekali tidak menggunakan pupuk bersubsidi. ”Padahal, jika melakukan budi daya padi secara konvensional, pupuk yang digunakan mencapai 300 sampai 400 kilogram (kg) per ha,” terang pria yang juga calon anggota legislatif (caleg) DPR RI asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Daerah Pemilihan (Dapil) Jatim 3 nomor urut 4 tersebut.
Sementara itu, saat ini P4S Sirtanio telah menghasilkan lima varian beras organik. Ada beras putih, beras merah, beras cokelat, beras hitam, dan beras germinasi. Produk beras organik tersebut telah mengantongi sertifikasi organik internasional. Sertifikat diperoleh berkat bantuan sertifikasi oleh Dinas Pertanian (Disperta) Banyuwangi pada 2018 lalu.
Tak ayal, pasar beras organik made in Banyuwangi itu pun semakin lebar. Tidak hanya diserap pasar lokal Banyuwangi dan pasar regional Jatim, tetapi juga telah merambah ke sejumlah kota besar di tanah air.
Bahkan, baru-baru ini, tepatnya akhir Maret, P4S Sirtanio yang menggandeng PT Kampung Kreatif Indonesia (Javara) berhasil melakukan ekspor perdana ke Italia. Jumlah beras yang dikirim mencapai 2,8 ton. ”Sebenarnya sebelum ekspor perdana tersebut, kami sudah beberapa kali melayani pasar luar negeri, seperti Taiwan, Australia, Belgia, dan beberapa negara lain. Hanya saja, lantaran jumlahnya kecil, yakni kurang dari 100 kg, maka pengiriman tersebut belum dikategorikan ekspor, melainkan hanya dianggap buah tangan,” terang Shohib.
Kini, permintaan dari luar negeri terus mengalir. Salah satunya datang dari Negeri Paman Sam, Amerika Serikat. ”Saat ini masuk pre-order (PO) dari AS sebesar 5 ton,” pungkas Shohib. (habis)