GIRI – Gedung Olah Raga (GOR) Tawang Alun Banyuwangi dipadati sekitar 40 ribu jamaah dan pengamal Selawat Wahidiyah dari berbagai daerah di Jawa Timur Pengasuh Perjuangan Wahidiyah yang sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Kedunglo Al Munadhdhoroh, Kanjeng Romo K.H. Abdul Latif Madjid RA memimpin langsung mujahadah nisfussanah tersebut.
Banyuwangi telah dua kali dipilih sebagai tempat pelaksanaan Mujahadah Nisfussanah tingkat Jatim. Sebelumnya, kegiatan serupa digeber di Bumi Blambangan pada 2016 lalu. Yang lebih istimewa, Mujahadah Nisfussanah Sabtu malam kemarin (3/3) juga dihadiri Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Saifullah Yusuf.
Ketua panitia tim peliputan Basori mengatakan, tahun 2018 merupakan tahun politik. Di tahun ini akan dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di 171 se-Indonesia. “Nah, agar pesta demokrasi tersebut berjalan aman, lancar, dan kondusif serta menghasilkan pemimpin-pemimpin yang dapat menciptakan kesejahteraan dan keberkahan bagi bangsa dan negara, Yayasan Perjuangan Wahidiyah Provinsi Jatim menyelenggarakan Mujahadah Nisfussanah dengan tema Doa Bersama untuk Persatuan Bangsa,” ujarnya didampingi Ketua Panitia Penyelenggara, Isa Al Malik.
Sementara itu, membeludaknya peserta pengajian akbar Mujahadah Nisfussanah membuat sebagian peserta lain tersingkirkan. Sebagian besar peserta yang tidak kebagian tempat di dalam, terpaksa mengikuti pengajian di luar GOR Tawangalun dan menggelar tikar di trotoar jalan. Beberapa jamaah juga ada yang sampai tertidur karena merasa kelelahan.
Mustafa, 45, jamaah asal Blitar mengaku, sudah tiba di Banyuwangi sejak Jumat pagi. Dan singgah sementara di aula GOR Tawangalun untuk beristirahat sejenak. Dirinya pun terpaksa tidur beralas tikar dan menggunakan toilet seadanya yang tersedia di lokasi tersebut. “Iya bagaimana lagi. Adanya tempatnya ini disyukuri saja dari pada tidak ada tempat. Anak dan istri saya juga tidur di trotoar karena tidak kebagian tempat di dalam lapangan,” kata Mustofa.
Lain halnya dengan Aminah, 40, Jamaah asal Jombang mengatakan, terpaksa harus tidur di trotoar lantaran tidak kebagian tempat di dalam lapangan. Karena faktor kelelahan para rombongan yang berasal dari Jombang tersebut juga tidur pulas saat pengajian berlangsung. “Capek cari tempat muter-muter di dalam lapangan pada penuh. Terpaksa keluar lagi dan menggelar tikar di trotoar,” ungkap Aminah. (*)