BANYUWANGI – Banyuwangi mencatat sejarah. Kabupaten ujung timur Pulau Jawa, berhasil menggelar Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) terbesar sepanjang sejarah penyelenggaraan ajang yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut.
Ya, tahun ini Banyuwangi dipercaya sebagai tuan rumah PIRN XVIII. Sebanyak seribu pelajar dan guru asal 32 provinsi se-Indonesia ikut ambil bagian pada ajang ini. Selain ribuan peserta, sebanyak 40 peneliti dan staf LIPI juga bergabung untuk menyukseskan ajang yang bakal berlangsung hingga 29 Juni mendatang.
Prosesi pembukaan PIRN XVIII tahun 2019 berlangsung semarak di Lapangan Tenis Indoor Gedung Olah Raga (GOR) Tawang Alun Banyuwangi kemarin (24/6). Perhelatan ilmiah bertema “Generasi Sains Milenial Penggerak Kemandirian Ekonomi Daerah” itu dibuka Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Sekretaris Utama LIPI Nur Tri Aries Suestiningtyas.
Yang menarik, ribuan peserta asal berbagai penjuru Nusantara itu kompak kompak mengenakan batik khas Banyuwangi lengkap dengan udeng (penutup kepala khas Bumi Blambangan). Acara semakin menarik berkat keberadaan mini expo yang memamerkan eksperimen pada pelajar Banyuwangi dalam penggunaan teknologi sederhana dan tepat guna.
Bupati Anas menyatakan senang LIPI memilih Banyuwangi sebagai tuan rumah PIRN. Dia berharap, ajang ini akan menjadi inspirasi baru bagi pelajar untuk semakin menggemari ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya kegiatan riset/penelitian. “Ajang ini akan memacu minat dan kemampuan remaja di bidang riset serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Remaja akan terbiasa berpikir kritis dan mencoba menemukan solusi dari masalah yang ada di sekitarnya,” ujarnya.
Peserta PIRN yang berasal dari 100 kabupaten/kota lebih se tanah air, itu akan diajak bereksperimen mencakup bidang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan Teknik (Teknik Rekayasa) untuk siswa SMP dan SMA sederajat. Khusus untuk siswa SD, materi yang diberikan adalah robotik.
Anas menambahkan, Banyuwangi selama ini terus berupaya berinovasi meningkatkan berbagai sektor kehidupan. Berkat inovasi-inovasi yang diterapkan di Bumi Blambangan, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menobatkan daerah di ujung timur Pulau Jawa itu sebagai “kabupaten terinovatif” pada 2018. Inovasi-inovasi itu pula yang membuat puluhan ribu aparatur sipil negara (ASN) dari berbagai kabupaten/kota datang ke Banyuwangi untuk belajar pembangunan daerah. “Ratusan inovasi yang kami geber selama ini tak lain berangkat dari problem yang kami hadapi. Masalah yang ada dianalisis lalu dicari solusinya, yang akhirnya menghasilkan inovasi. Seperti itu pula kegiatan riset ilmiah, yang lahir dari dorongan mencari solusi atas problem di sekitar kita,” jelasnya.
Dalam PIRN, ribuan pelajar tersebut akan melakukan penelitian di lima lokasi di Banyuwangi, yaitu Bangsring Underwater, Agro Wisata Tamansuruh, Pusat Kopi Gombengsari, Desa Adat Osing Kemrien, serta Mall Pelayanan Publik. “Lokasi ini kami pilih agar tumbuh paradigma bahwa riset bisa berangkat dari hal sederhana yang ada di sekitar kita serta bisa dilakukan secara menarik seperti di tempat wisata,” jelas Anas.
Hal tersebut diamini oleh Sekretaris Utama (Settama) LIPI Nur Tri. Lewat PIRN, kata dia, LIPI berkomitmen mendorong terciptanya budaya iptek generasi muda sebagai generasi sains Indonesia namun dengan cara yang menyenangkan. Salah satunya dengan mengajak mereka melakukan kegiatan penelitian lapangan di destinasi wisata dan pelayanan publik.
“Selama melakukan kegiatan penelitian, mereka akan berinteraksi dengan warga sekitar, mengamati kondisi alam dan sosial masyarakat di lokasi tersebut. Dari situ, kami harapkan tumbuh ide penelitian dari peserta untuk kemudian dijadikan paper di akhir kegiatan,” jelas Nur Tri.
Nur Tri juga menyebutkan salah satu alasan dipilihnya Banyuwangi sebagai tuan rumah lantaran kabupaten berjuluk sunrise of Java ini dikenal sebagai gudangnya inovasi daerah. “Kami berharap, dengan digelar di Banyuwangi ini akan menjadi acuan bagi para peserta, sehingga kualitas kegiatan ini akan meningkat seiring dengan spirit inovasi yang dimiliki Banyuwangi,” kata dia.
Nur Tri menambahkan, PIRN sudah digelar 18 kali di seluruh Indonesia. Namun, penyelenggaraan PIRN di Banyuwangi berbeda dengan penyelenggaraan ajang serupa di daerah lain. “Banyuwangi terbanyak inovasinya. Ini akan membuat daerah lain menyelenggarakan PIRN dengan standar seperti di Banyuwangi, dan itu tidak mudah,” cetusnya.
Inovasi yang dilakukan pemkab dalam penyelenggaraan PIRN antara lain, melibatkan siswa SD dan madrasah. Inovasi yang lain, ada robotik dan diintegrasikan dengan festival Inovasi. Bukan itu saja, jumlah peserta PIRN di Banyuwangi mencapai seribu orang. “Pesertanya tergantung komitmen daerah. Minimal ditarget 500 perserta. Terkadang 600 peserta. Di Banyuwangi, ajang ini diikuti seribu peserta. Saya rasa ini yang terbesar sepanjang sejarah PIRN,” pungkasnya. (sgt)