BLIMBINGSARI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Menyongsong hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945/2023, umat Hindu Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari, mulai menggeber berbagai persiapan. Salah satunya dengan membuat ogoh-ogoh.
Sudah sebulan terakhir aktivitas di Balai Banjar Dusun Patoman Tengah, Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari, diwarnai aktivitas kalangan muda-mudi setempat. Mereka bahu-membahu membuat ogoh-ogoh yang bakal diarak pada malam menjelang peringatan Nyepi. Berbahai tahap telah dituntaskan, mulai membuat rangka besi hingga membuat bodi ogoh-ogoh. Yang terbaru, pembuatan ogoh-ogoh itu mencapai tahap finishing, yakni pengecatan.
Ketua Parisadha Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari Made Artho mengatakan, sudah menjadi tradisi dalam peringatan hari raya Nyepi selalu ada ogoh-ogoh. Di Desa Patoman ada dua pura dan jumlahnya ada empat buah ogoh-ogoh.
Dikatakan, biaya pembuatan ogoh-ogoh berasal dari hasil swadaya masyarakat Hindu setempat. Nominalnya mencapai Rp 15.650.000. “Ogoh-ogoh tersebut akan diarak keliling kampung, khususnya di Desa Patoman pada malam Nyepi,” ujarnya.
Made menuturkan, pawai ogoh-ogoh di Desa Patoman selalu menarik perhatian warga. Pawai tersebut selalu disaksikan ribuan warga dan wisatawan. Oleh karena itu, ogoh-ogoh dibuat semenarik dan sebagus mungkin. “Yang membuat ogoh-ogoh sebagian besar adalah para remaja dan pemuda namun tetap dengan didampingi orang tua yang sudah berpengalaman,” kata dia.
Made Artho menambahkan, rangkaian peringatan Nyepi diawali pada Minggu (19/3) dengan pelaksanaan upacara Melasti di pesisir pantai Desa Patoman. Selain itu, digelar upacara Tawur Agung yang disertai dengan arak-arakan atau pawai ogoh-ogoh. Selanjutnya, Rabu (22/3) seluruh umat Hindu di Desa patoman akan melaksanakan catur brata penyepian. “Kegiatan ini diharapkan bisa menjadi simbol kerukunan antar umat beragama di Banyuwangi sekaligus meneguhkan bahwa Desa Patoman adalah Desa Kebangsaan yang ber-Bhineka Tunggal Ika,” tandas guru SMPN 2 Rogojampi tersebut. (ddy/sgt)